Panggosip (dalam bahasa Indonesia, tukang gosip) adalah musuh
kebanyakan orang, mungkin juga semua orang. Siapa sih yang mau di-gosipi? Tak
jarang aktivitas menggosip ini melahirkan perseteruan, pertikaian, atau mungkin
ada yang lebih parah dari itu.
Loh, jika memang begitu adanya, kenapa ada acara gosip di TV.
Sekarang gini, kamu pernah menggosip gak? Jika pernah jadi bagian dari gosiper, pasti informasi (gosipan) tersebut
menarik dan mengulik informasi sedalam-dalamnya adalah hal yang sangat
menyenangkan. Oleh karena itu, para stasiun TV memanfaatkan “rasa pengen tau” umat
manusia untuk kemudian meraup keuntungan dari situ. Simpel kan?
Kembali ke panggosip tadi. Menurut KBBI, gosip itu adalah obrolan
tentang orang lain atau cerita negatif tentang orang lain, atau pergunjingan. Maka
panggosip adalah orang yang melakukan pergunjingan, ngobrol tentang orang lain,
dan atau menceritakan cerita negatif tentang orang lain. Dari defenisi (read: gosip)
tersebut dapat kita pastikan bahwasanya gosip itu adalah pekerjaan yang kurang
terpuji. Dan tentunya, panggosip (gosiper) adalah orang yang melakukan tindakan
atau pekerjaan kurang terpuji. Simpel! Tapi tetap banyak orang yang
melakukannya. Termasukkah anda?
Menariknya, si panggosip ini sangat ahli dalam mempersuasi orang
lain agar percaya. Dan ‘kemampuan’ tersebut dimanfaatkan untuk menyebarkan
informasi yang salah (mirip hoax). Celakanya, yang mendengar informasi tersebut
sangat gampang diperdaya dan mempercayai informasi tersebut.
Stereotipnya, perempuan adalah kaum yang sangat menyukai kegiatan
bergosip. Dikarenakan, perempuan adalah kaum yang paling suka cerita banyak
hal, meskipun belum tentu penting (ini juga stereotip ya). Namun, hal itu
adalah kurang benar. Laki-laki pun turut menyukai kegiatan bergosip tersebut. Saya
kurang tahu alasannya.
Pengalaman saya digosipi cukup tragis (wkwk). Bagaimana
tidak, seorang pria berhasil meyakinkan beberapa orang tentang suatu informasi
yang tidak benar. Terlepas dari apa informasinya (yang benar dan yang salah), hal
tersebut cukup menyakitkan. Orang-orang tersebut (sasaran si panggosip) mulai
melihat dengan sinis setiap kali mata kami jumpa. Pastinya kita risih dengan
hal itu. Tiada hujan, tiada badai, kok basah? Eh, maksudnya, kok berubah sikap
orang-orang itu? Dan tentu berakhir dengan retaknya persaudaraan, persahabatan,
atau apalah itu.
Apakah si panggosip ini sangat lihai dalam mengelabui orang melalui
informasi? Atau sasarannya yang sangat kurang bijak dalam menerima informasi. Jika
memang orang-orang (sasaran) tersebut kurang bijak, maka saya tidak bisa
berbuat apa-apa. Tapi, jika alasannya adalah karena kelihaian si panggosip,
maka saya salut! Cita-citanya mungkin Propagandis. LoL
Pesan Penting untuk kamu 'gosiper' dan komplotannya dan Kita Semua
Wahai Gosiper, hentikanlah gosipmu itu. Apapun tujuanmu
menyebarkan gosip (apalagi informasinya kebanyakan dimanipulasi), hal itu itu
sangat menyakitan, kawan! Dan untuk kamu yang terlalu sering percaya dengan si
panggosip ini, belajarlah untuk mengklarifikasi kebenaran suatu informasi. Kasihanilah
dirimu yang dengan gampangnya dieksploitasi (emosional).
Seperti pandangan sebagian orang, bahwa, kebohongan yang terus menerus disebarkan, lama-kelamaan akan diterima sebagai kebenaran oleh khalayak. Praktik inilah yang dijalankan si panggosip. Jadi berhati-hatilah kepada kaum ‘penggosip’ ini! Kedepannya, mereka adalah ancaman bangsa. Mereka adalah bibit-bibit saracen yang saat ini sering kita dengar. Mari sama-sama membasmi panggosip dari bumi nusantara kita ini. LoL