ESAI: Memberdayakan Pemuda Daerah sebagai Bonus Demografi dan Mengatasi Ketimpangan Pariwisata Indonesia dengan “si Aca” (ATOUR (Local Tourism) Application))
(Sumber Gambar: dosenpendidikancom) Karya: Galih Puji Kurniawan (SMAN 1 Ponorogo) |
Sumber daya alam dan kekayaan ragam
budaya menjadikan Indonesia menjadi salah satu destinasi wisata di dunia.
Pariwisata menjadi salah satu penompang ekonomi di Indonesia. Perkembangan
pariwisata Indonesia juga meningkat tiap tahunnya. Dalam data Badan Pusat
Statistik (BPS) bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun
2015 mencapai 786,7 ribu. Pada tahun 2016 jumlah wisatawan mancanegara ke
Indonesia meningkat mencapai 12 juta orang dengan 260 juta perjalanan wisata (www.kemenpar.goid). Melihat kondisi pariwisata Indonesia, maka diharapkan dapat
memanfaatkan peluang pariwisata Indonesia untuk mengembangkan ekonomi Indonesia
dengan menggunakan berbagai macam cara (Hakim, 2013).
Namun, dunia pariwisata Indonesia
mengalami beberapa kendala. Salah satu kendala masalah pariwisata di Indonesia
adalah ketimpangan kunjungan pariwisata di beberapa wilayah Indonesia.
Wisatawan mengunjungi wilayah- wilayah pariwisata yang populer saja. Melihat
masalah ketimpangan tersebut, maka diharapkan ada cara yang dapat mengurangi
ketimpangan pariwisata di Indonesia dan dapat mempromosikan wilayah pariwisata
di Indonesia. Salah satu cara yang dapat mengembangkan pariwisata Indonesia
adalah melalui new media Internet karena
penyebaran informasi yang cepat dan real-time
serta penetrasi pengguna internet yang terus meningkat (Sulaeman, 2013).
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) mengatakan bahwa, sebanyak 132,7 juta dari 256,2 juta masyarakat yang
ada di Indonesia adalah pengguna Internet (Riset APJII, 2016). Perangkat untuk
mengakses internet saat ini bukan hanya personal komputer saja namun telah
berkembang menjadi smartphone.
Pengguna smartphone di Indonesia
mencapai 43% pada tahun 2016 (www.techinasiacom).
Serta pada tahun 2016 penyebaran informasi melalui smartphone menempati posisi pertama dengan persentase 70% dimana
dari tahun ke tahun bertambah 41% (www.techinasiacom).
Seiring dengan perkembangan internet
yang 49% penggunanya didominasi oleh usia 18-25 tahun dimana usia pada rentang
tersebut merupakan usia produktif yang akan menjadi bonus demografi pada tahun
2025 (APJII,2016). Saat ini Indonesia sedang mengalami masa emas dengan
memiliki banyak usia produktif (usia 15 - 45 tahun) di masyarakat Indonesia. Indonesia telah memasuki bonus
demografi sejak tahun 2012, yakni 49,6 persen. Atas dasar itu, penduduk
Indonesia yang produktif lebih banyak daripada penduduk yang tidak produktif.
Pentingnya usia produktif ini jika dimanfaatkan dengan baik maka dapat
meningkatkan ekonomi Indonesia menjadi lebih
maju.
Melihat peluang dari beragamnya wisata di Indonesia,
jumlah pengguna internet dan bonus demografi yang memadai dapat menjadi solusi
dari ketimpangan pariwisata. Bonus demografi setiap daerah yang merupakan
mayoritas pengguna internet dapat diberdayakan untuk mempromosikan pariwisata
lokal di daerahnya. Sehingga ketimpangan pariwisata dapat diatasi serta
eksistensi setiap daerah yang secara tidak langsung dan pendapatan daerah
meningkat. Dampaknya perekonomian di Indonesia juga dapat mengalami
peningkatan. Oleh karena itu penulis mengusulkan ide dengan judul, Ide Untuk
Indonesiaku : Memberdayakan Pemuda Daerah Sebagai Bonus Demografi dan Mengatasi
Ketimpangan Pariwisata Indonesia dengan “si Aca” (ATOUR
(Local Tourism) Application).
ATOUR adalah program yang digunakan
dengan tujuan untuk mempopulerkan tempat pariwisata agar lebih dikenal oleh
masyarakat luas dengan memanfaatkan bonus demografi yang ada di daerah
tersebut. Program ini diharapkan mampu menambah jumlah pengunjung ke tempat
pariwisata di masing-masing daerah, khususnya daerah pariwisata yang belum
terkenal. Dimana program ini juga akan memberikan efek domino yaitu tidak hanya
mampu memanfaatkan bonus demografi yang ada, namun mampu untuk meningkatkan
pemasukan ekonomi daerah wisata tersebut. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan
di daerah wisata, maka akan membuka peluang usaha bagi penduduk yang
berdomisili di daerah tersebut. Lebih dari itu, jika tingkat kunjungan meningkat maka mampu untuk memberi sumbangan yang lebih besar
terhadap devisa negara.
Untuk membuat program ATOUR beroperasi lebih efektif, maka akan dibuat sebuah komunitas dengan nama Agen. Agen atau tourism agent adalah sebuah komunitas yang digunakan untuk menarik wisatawan berkunjung ke tempat wisata. Komunitas agen akan membantu wisatawan untuk mendapatkan visualisasi daerah wisata, lewat foto ataupun video yang di upload ke aplikasi ini. Selain itu, agen juga akan menampilkan informasi-informasi lain seputar keperluan dalam berwisata, seperti tempat penginapan, rute perjalanan, tour guide dan bantuan lainnya. ATOUR ini dapat didownload gratis di penyedia download aplikasi. Salah satu keunggulan dari aplikasi ATOUR yaitu dari sisi penyedia informasinya, yang merupakan pemuda-pemudi asli daerah tersebut. Pemilihan pemuda/i sebagai penyedia informasi dianggap sebagai cara yang efektif, karena pemuda/i ini mengetahui seluk-beluk daerahnya, selain untuk memberdayakan bonus demografi yang ada. Pemuda/I yang telah teregistrasi dengan program ATOUR, akan mejadi agen yang aktif memberikan informasi-informasi untuk menarik wisatawan datang ke daerahnya. Agen yang teregistrasi ini akan mendapatkan akun penyedia informasi, bersanding dengan agen-agen lain dari daerah yang berbeda. Para calon pengunjung yang ingin berkunjung ke suatu daerah, dapat memilih salah satu akun penyedia informasi yang tertera di aplikasi agen. Lalu calon pengunjung dapat berdiskusi dengan akun tersebut untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan mengenai daerah wisata yang akan dikunjungi.
Adapun fitur-fitur yang terdapat dalam aplikasi ATOUR
yaitu fitur upload foto dan video
tempat wisata, diiringi dengan fitur share
location yang membantu dalam mendeteksi daerah sumber foto atau video yang
diupload. Selain itu, agen yang menshare tempat wisata juga bisa memberikan
deskripsi singkat tentang tempat tersebut. Dari perspektif pengguna aplikasi,
selain mendapat informasi tentang tempat wisata, pengguna juga dapat memilih
agen mana yang dapat menjadi pemandu mereka berwisata. Kemudian, agen dan calon
pengunjung dapat berdiskusi lebih lanjut untuk membahas seputar tempat wisata
tersebut. Menariknya, pengunjung dapat memberikan penilaian terhadap pelayanan
agen, mulai dari berdiskusi sampai dengan kunjungan wisata selesai.
Penilaian tersebut berupa pemberian bintang, dimana satu bintang menunjukan bad service dan lima bintang menunjukan excellent service. Penilaian ini dapat menjadi pertimbangan untuk pengunjung selanjutnya yang akan menggunakan jasa agen, selain itu, tim pengelola program juga dapat memberikan evaluasi terhadap agen yang mendapat predikat bad service untuk meningkatkan pelayanannya.
Comments
Post a Comment